1. Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
aktual atau resiko tinggi (Gaffar, 1999 : 61). Menurut Elizabeth Indah (1998 :
24), (Doenges, 2000 : 138) dan (Suriadi, 2004 : 188). diagnosa keperawatan yang
dapat muncul pada penderita Meningitis tubercolosis adalah sebagai berikut :
a.
Infeksi
sehubungan dengan adanya kuman pathogen pada cairan serebrospinal dan secret
saluran pernapasan.
b.
Perubahan
perfusi jaringan otak sehubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan
selaput otak meningeal (Doenges, 2000 : 138).
c.
Ketidak
efektifan bersihan jalan napas sehubungan dengan perubahan tingkat kesadaran.
d.
Nyeri
sehubungan dengan peradangan pada selaput otak / jaringan otak.
e.
Hipertermia
sehubungan dengan infeksi.
f.
Resiko
tinggi defisit cairan sehubungan dengan muntah dan demam.
g.
Resiko
tinggi berlebihnya volume cairan sehubungan dengan sekresi ADH berlebih.
h.
Takut
sehubungan dengan parahnya kondisi.
i.
Resiko
tinggi injury (cedera) sehubungan dengan perubahan tingkat kesadaran
j.
Defisit
Perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan orang tua tentang
perawatan kebersihan diri anaknya
k.
Ansietas pada anak berhubungan dengan hospitalisasi
2. Perencanaan
Tahapan perencanaan
adalah penentuan prioritas diagnosa, penetapan sasaran (goal) dan tujuan
(objective), penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan.
(Gaffar, 1999 : 63 ).
Perencanaan
tindakan dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang muncul pada
penderita Meningitis tubercolosis menurut Elizabeth Indah (1998 : 25), sebagai
berikut :
a.
Infeksi
sehubungan dengan adanya kuman pathogen pada cairan serebrospinal dan secret
saluran pernapasan.
Tujuan :
1)
Pasien
bebas dari infeksi, komplikasi Meningitis bakteri dapat dicegah dengan terapi
dini dan efektif.
Kriteria evaluasi :
1)
Pasien
terbebas dari infeksi dan komplikasi Meningitis tubercolosis, laboratorium
cairan serebrospinal (CSS) 30 sel/mm3, glukosa dan protein normal,
refleks pupil normal, kaku kuduk negative, dan refleks-refleks abnormal
negative, kesadaran penuh, orientasi baik dan memori baik, infeksi tidak
menular ke orang-orang yang pernah kontak dengan klien.
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
b.
Perubahan
perfusi jaringan otak berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan
selaput meningeal
Tujuan :
Klien dapat memperlihatkan perfusi jaringan yang memadai.
Kriteria evaluasi :
Tanda-tanda vital dalam batas normal, syok dapat
dihindari, purpura negative dan ptekie negative, pasien sadar, disorientasi
negative dan konsentrasi baik, efek sesuai dengan rangsangan lingkungan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Monitor
klien dengan ketat terutama setelah fungsi lumbal. Anjurkan klien berbaring
minimal 4-6 jam setelah fungsi lumbal.
2. Monitor
tanda – tanda peningkatan tekanan intra cranial selama perjalanan penyakit
(nadi lambat, tekanan darah meningkat, kesadaran menurun, panas aritmik,
refleks pupil menurun, dan kelemahan).
3. Monitor
tanda – tanda vital dan neurologi tiap 4 – 30 menit, mengenai tekanan intra
cranial (TIK), catat dan laporkan segera apabila ada perubahan segera hubungi
dokter.
4. Hindari
posisi tungkai atau gerakan – gerakan klien, anjurkan untuk bed rest.
5. Tinggikan
sedikit kepala klien dengan hati – hati, cegah gerakan dengan tiba – tiba dab
tidak perlu, dari kepala dan leher dan menghindari fleksi leher.
6. Bantu
seluruh aktifitas dan gerakan – gerakan klien. Beri pelunak untuk BAB (
jangan enema ) anjurkan klien untuk menghembuskan nafas di tempat tidur,
cegah posisi fleksi paha dan lutut.
7. Waktu
prosedur-prosedur perawatan disesuaikan / diatur tepat waktu dengan periode
relaksasi / sedasi, hindari rangsangan lingkungan yang tidak perlu.
8. Beri
penjelasan kepada klien yang bingung, jelaskan kepada klien dan
reorientasikan klien yang bingung.
9. Evaluasi
selama masa penyembuhan terhadap gangguan motorik, sensorik, dan intelektual.
10. Beri
zat hipertonik / steroid sesuai dengan instruksi.
|
1. Mencegah
nyeri kepala yang menyertai tekanan intra cranial.
2. Mendeteksi
tanda-tanda syok yang harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi.
3. Perubahan-perubahan
ini menandakan perubahan tekanan intra cranial dan penting untuk intervensi
diri.
4. Mencegah
tekana intra cranial
5. Mengurangi
tekanan intra cranial
6. Untuk
mencegah peregangan otot yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra
cranial.
7. Untuk
mencegah eksitasi yang merangsang otak yang sudah iritasi dan dapat
menimbulkan kejang.
8. Untuk
mengurangi diorientasi dan klasifikasi persepsi sensoris yang terganggu.
9. Untuk
merujukan ke reahbilitasi.
10. Untuk
menurunkan tekanan intra cranial.
|
c.
Ketidak
efektifan pola pernafasan berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran
Tujuan
:
1)
Klien
memperlihatkan pola pernafasan yang normal dengan tekanan darah yang normal.
2)
Aspirasi
secret dapat dicegah
Kriteria
evaluasi :
1)
Pola
nafas dan gas darah normal
2)
Pola
nafas normal
3)
Kadar
darah normal
4)
Kulit
hangat berwarna normal
5)
Tidak
ada tanda – tanda pneumonia
Intervensi
|
Rasional
|
1. Monitor frekuensi dan kedalaman pernafasan, suara nafas
dan gas – gas darah.
2. Oksigensi sesudah suction dan batasi 10 – 15 detik
klien apneu, gunakan mekanikal ventilator bila perlu.
|
1. Mendeteksi perubahan oksigensi
2. Transportasi oksigen ke otak berkurang karena
berkurangnya aliran darah
|
d. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan
tingkat kesadaran
Tujuan :
Aspirasi secret dapat dihindari
Kriteria evaluasi :
3)
Pola
nafas dan darah normal
4)
Sekret
tidak di aspirasi
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Monitor terus menerus klien kejang / delirium : pertahankan jalan nafas
pada klien dengan TIK meningkat ; suction secret ; lakukan perawatan
endotrakeal.
|
1. Mencegah
aspirasi
|
e.
Nyeri
sehubungan dengan peradangan pada selaput otak dan jaringan otak.
Tujuan :
1) Klien menyatakan rasa nyeri berkurang
Kriteria evaluasi :
1) Bebas rasa nyeri, fungsi – fungsi vital dalam batas
normal
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kompres hangat ; pakai selimut rol dibawah lutut
2. Beri analgesic (jangan narkotik atau sedative yang
dapat menekan fungsi-fungsi vital pada klien dengan peningkatan (TIK).
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan penyinaran yang
konstan
|
1.
Mengurangi nyeri otot, sendi dan punggung.
2.
Mengurangi nyeri otot, sendi dan punggung.
3.
Mengurangi rangsang kejang dan nyeri kepala
|
f.
Hipertermia
sehubungan dengan infeksi
Tujuan :
1) Suhu tubuh dipertahankan dalam batas normal
Kriteria evaluasi :
1)
Suhu
tubuh dipertahankan normal, nyaman dan terlindung dari demam.
2)
Tidak
ada kulit kemerahan, menggigil, kejang, suhu tubuh 36O-37,2OC
3)
Tanda
– tanda vital dalam batas normal.
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
g.
Resiko
tinggi defisit volume cairan sehubungan dengan muntah dan demam.
Tujuan :
1)
Keseimbangan
cairan dan elektrolit dipertahankan
Kriteria evaluasi :
1)
Tidak
haus dan berlebihan, berat badan tidak menurun, elektrolit serum darah dalam
batas normal, intake dan output seimbang, turgor kulit baik tidak ada kelelahan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Monitor intake dan output ; berat badan
|
|
h.
Resiko
tinggi berlebihnya volume cairan sehubungan dengan sekresi ADH berlebihan.
Tujuan : Keseimbangan cairan elektrolit dipertahankan
Kriteria evaluasi : Keseimbangan cairan elektrolit
dipertahankan
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
i.
Takut
sehubungan dengan parahnya kondisi.
Tujuan : Klien dan keluarga memperlihatkan berkurangnya
rasa takut terhadap kondisi penyakit dan kelumpuhan berkurang.
Kriteria evaluasi :
1)
Ketakutan
akan penyakit dan kelumpuhan atau kecacatan berkurang.
2)
Klien
dan orang-orang terdekat percaya akan tenaga kesehatan / perawat
3)
Ikut
berpartisipasi dalam pengobatan
4)
Punya
harapan realistik akan adanya penyembuhan dan klien dapat tidur
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Anjurkan klien dan orang-orang terdekat untuk mengungkapkan rasa
takutnya.
2.
Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit,
prosedur-prosedur diagnostik dan pengobatan. Beritahukan bahwa gejal-gejala
hanya sementara dan penyembuhan biasanya sempurna
|
|
j.
Defisit
Perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan orang tua tentang
perawatan kebersihan diri anaknya
1)
Tujuan
: Kebutuhan kebersihan diri pasien terpenuhi
2)
Kriteria
Hasil : Keluarga bisa memandikan dan
memotong kuku anaknya dengan benar, klien tampak bersih, kuku pendek dan
bersih, mulut bersih.
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
k.
Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi
Tujuan :
Klien memperlihatkan berkurangnya rasa takut
terhadap suasana lingkungan
dan prosedur tindakan di rumah sakit
(hospitalisasi)
Kriteria evaluasi :
-
Ketakutan pada suasana dan lingkungan rumah sakit
berkurang
-
Anak terlihat tenang, nyaman dan tidak rewel
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Ajarkan orang tua bagaimana menggendong anak
dengan infus dan alat medis lain terpasang
2.
Anjurkan orang tua untuk berpartisipasi dalam
aspek perawatan anak dan tidak boleh memaksakan dalam melakukan tindakan
3.
Jaga stimulus agar tetap minimum, prosedur atau
pengobatan sedemikian rupa agar sesedikit mungkin mengalami interupsi, terupa
pada waktu malam
4.
Ajarkan pada orang tua cara-cara mengatasi
nyeri nonparmakologi pada anak
5.
Anjurkan penggunaan aktipitas rekreasi dan
hiburan
6.
Lakukan pendekatan pada anak dengan mengajak
bermain dan berpenampilan tidak menakutkan
7.
Ciptakan lingkungan yang theurapeutik
|
|
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah
dimana rencana perawatan dilaksanakan (melaksanakan intervensi yang lebih
ditentukan) oleh perawat dan klien (Gaffar, 1999 : 65). Tindakan yang
dijalankan oleh perawat adalah dalam rangka membantu klien untuk dapat memenuhi
kebutuhan.
Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan pada anak berbeda dengan orang dewasa. Kemampuan perawat
dalam berkomunikasi dengan anak maupun dengan orang tua sangat diperlukan.
Disamping itu harus memperhatikan dampak hospitalisasi bagi anak dan orang tua.
4. Evaluasi
Langkah terakhir
dari proses keperawatan adalah evaluasi. Hal-hal yang di evaluasi adalah
kekuatan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien,
pencapaian tujuan dan ketepatan intervensi keperawatan.
Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap awal perencanaan, disamping itu evaluasi
juga digunakan sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu
yang membuktikan apakah tujuan yang tercapai, tidak tercapai sebagian.
Terdapat dua tipe
dokumentasi evaluasi, diantaranya yaitu
evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respons segera. Evaluasi sumatif yaitu merupakan rekapitulasi
dari hasil observasi dan analisis staus klien pada waktu tertentu.
Evaluasi sumatif
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut :
S
|
:
|
Data
Subjektif
Respon
subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
|
O
|
:
|
Respons
Objektif
Respons
Objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
|
A
|
:
|
Analisis
ulang atas data subjektif dan yang menyimpulkan apakah masalah masih tetap
atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi dengan masalah
yang ada.
|
P
|
:
|
Perencanaan
atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respons klien.
|
Pada hari
berikutnya evaluasi dituliskan dalam catatan perkembangan. Catatan
perkembangan. Catatan perkembangan merupakan catatan perkembangan keadaan klien
yang didasarkan pada setiap masalah yang ditemukan pad aklien. Modifikasi
rencana dan tindakan mengikuti perubahan keadaan klien, pada tekhnik ini
catatan perkembangan dapat menggunakan bentuk SOAPIER, sebagai berikut :
S
|
:
|
Data
Subjektif
Perkembangan
keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan klien.
|
O
|
:
|
Data
Objektif
Perkembangan
yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.
|
A
|
:
|
Analisis
Data
subjektif dan objektif dinilai dan dianalisis, apakah berkembang ke arah
perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana
masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang
menimbulkan diagnosa keperawatan baru.
|
P
|
:
|
Perencanaan
Rencana
penanganan klien dalam hal inbi didasarkan pada hasil analisis di atas yang
berisi melanjutkan rencana selanjutnya apabila keadaan atau masalah belum
teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif.
|
I
|
:
|
Implementasi
Tindakan
yang dilakukan berdasarkan rencana.
|
E
|
:
|
Evaluasi
Evaluasi
berisikan penilaian sejauhmana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan
sejauhmana masalah bisa teratasi.
|
R
|
:
|
Reassement
Bila hasil
evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan
kembali melalui proses pengumpulan data subjektif, data objektif dan proses
analisisnya.
|
No comments:
Post a Comment